UlaSeniman #2: Djoko Pekik

Djoko Pekik

Djoko Pekik adalah seorang seniman yang lantang menyuarakan perlawanan terhadap orde baru dengan cara-cara yang unik dan cenderung surrealist. Pria kelahiran 2 Januari 1937 yang berasal dari Grobogan, Purwodadi ini tidak pernah bercita-cita menjadi pelukis saat masih kanak-kanak. Beliau lebih tertarik menjadi kepala desa dan mengoleksi seperangkat gamelan. Namun, bakat yang sebenarnya sudah tampak sedari kecil kemudian membawanya menuntut ilmu ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Jogjakarta pada tahun 1957-1962. Ia ikut mengembangkan diri melalui Sanggar Bumi Tarung yang berada di bawah naungan LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah lembaga dari PKI. Sempat menjadi tahanan karena pembasmian PKI dan semua yang bersangkutan dengannya, hal ini membawa dampak buruk pada fisik seniman ini. Tahun 1980-an, setelah carut marut situasi kehidupan memaksanya untuk menafkahi keluarga dengan menjahit, seorang sarjana lukis dengan nama Astari Rasyid menjadikan Djoko Pekik sebagai objek penelitian disertasi yang kelak membawa namanya tersohor di dalam dan luar negeri. Sebagai sosok yang pernah merasakan secara langsung kebobrokan masa orde baru, ia menumpahkan perasaannya kepada lukisan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah trilogi Pekik, dimana lukisan berjudul “Berburu Celeng” (1998) sebagai puncaknya terjual seharga 1 Milyar Rupiah.

"Berburu Celeng" (1998)

Sumber:

Comments

Popular Posts