Post-Modernisme dalam Karya Seni
Post-Modernisme dalam Karya Seni:
Fashion; Maison Margiela ‘Artisanal’ Collection, Spring 2015
"Simplifying to the extreme, I define postmodern as incredulity toward metanarratives."
-Jean François Lyotard
Umumnya, post-modernisme mencerminkan peleburan batas wilayah dan pembedaan antar berbagai aspek, mulai dari; budaya tinggi dan rendah, penampilan dan kenyataan, simbol dan realitas, universal dan peripheral, dll. Gerakan yang dimulai pada akhir abad ke-20 ini seringkali dikaitkan dengan dekonstruksi dan pascastrukturalisme yang populer pada zaman ini. Post-modernisme atau pascamodernisme merujuk kepada konsep berpikir, maka dari itu pluralitas berpikir dihargai; setiap orang dapat berbicara dengan bebas sesuai pemikirannya masing-masing. Post-modernisme menolak arogansi dari setiap teori, sebab setiap teori punya tolak pikir dan kegunaan masing-masing.
Karya yang saya pilih adalah sebuah koleksi busana musim semi dari rumah mode mewah asal Prancis, Maison Margiela. Dimulai pada tahun 1988 oleh Martin Margiela, fashion house ini menghadirkan pencampuran dan representasi antara maskulinitas dan feminitas dalam fashion. Terkenal oleh busana dekonstruksi, avant garde, penciptaan dan mendefinisikan ulang siluet pakaian pada tubuh pria dan wanita, Maison Margiela melakukan fusi antara konseptualisme dengan keterampilan seniman seraya menyajikan misteri yang dibalut dengan nuansa modern nan elegan. Dalam koleksi ‘Artisanal’ oleh John Galliano (creative director Maison Margiela sejak 2014) pada musim semi tahun 2015, Maison Margiela menonjolkan garmen yang dilucuti namun juga terjahit dengan mahir, serta berbagai rincian di pakaiannya bagaikan teka-teki yang ditampilkan secara tidak konvensional.
Jika merujuk kepada definisi post-modernisme secara garis besar, maka busana dari Maison Margiela, khususnya koleksi ‘Artisanal’ yang telah saya jabarkan ini sesungguhnya adalah karya yang cukup mencerminkan kekhasan dari post-modernisme itu sendiri.
Sumber:
Comments
Post a Comment