An Experiment - 'Paradox: I Create As I Speak'

An Experiment - 'Paradox: I Create As I Speak'


- Judul: I Create As I Speak
- Oleh: Patricia Emanuelle
- Tahun: 2017
- In frame: I Create As I Speak, infraboard hitam buat alas melukis, katalog supermarket alias alasnya alas melukis
- Media:
               - cat akrilik
               - kanvas 20 x 20 cm
               - pylox

     Ketika masa perkuliahan semester satu hampir habis, seorang kawan mengajak saya bergabung dengan sebuah komunitas pecinta dan pelaku seni bernama VISUM Creative. Saya iyakan saja sesegera mungkin. I'll take any chance to make art that is not considered as a college assignment, at the time. Anggotanya dominan mahasiswa kampus saya, baik mereka yang sudah lulus atau masih mengejar toga. Singkat cerita, kami berkarya, menyelenggarakan pameran, berkolaborasi, hingga nongkrong bersama. Saya membuat 'I Create As I Speak' sebagai submisi pameran Ragam Rupa (10-12 November 2017). Proses pembuatannya sangat menyenangkan. Tanpa disengaja, saya mendapatkan ilmu lebih banyak dari yang dikira. Namun, selama proses brainstorming, saya menemukan makna yang semakin mendalam dari konsep dasar karya ini. 

     Saya terinspirasi dari gaya pelukis Indonesia dengan nama Natisa Jones, gayanya yang abstrak figuratif (begitu penjelasan dari si-mas-guide saat saya mengunjungi pameran tunggalnya di Ruci Art Space) sangatlah menarik. Pernah saya bermaksud mendatangi galeri di Denpasar tempat Natisa Jones sedang mengadakan acara, tapi entah bagaimana caranya, akhirnya saya jadi nyasar dan bubarlah rencana tersebut. Mungkin belum waktunya. Sebagai penikmat aliran abstrak-ekspresionis dan neo-ekspresionis, rasanya jadi ingin mencoba-coba campuran dari beberapa gaya menjadi satu. Jadilah eksperimen ini. Sebenarnya Michelangelo Buonarotti adalah main inspiration dari 'anak' saya yang satu ini. Salah satu karyanya yang berjudul 'Creation of Adam' adalah salah satu favorit saya, terutama di bagian sentuhan tangan antara Tuhan dan Adam, sang manusia pertama. 


     Entah darimana dimulai ketertarikan saya akan bagian tangan yang bersentuhan itu. Mungkin sih, karena dulu saya pernah hobi menggambar tangan manusia sampai ke detil-detilnya. Tidak belajar proporsi, wajah, dan lain sebagainya. Cuma tangan. Alhasil, ya saya memang cuma bagus gambar tangan saja. Kalau saya bisa bagus di situ, kenapa tidak sekalian diterapkan dalam sebuah piece? Dari situlah mulai muncul ide untuk menempatkan figur tangan-tangan sebagai point of interest. 'I Create As I Speak' dibuat berdasarkan inspirasi dari fresko legendaris ini, juga kisah penciptaan oleh Tuhan dalam Alkitan dan makna tersirat yang ada di balik mantra sihir paling terkenal sejagad: 'Abracadabra'. Akar dari karya ini adalah sebuah pernyataan yang seakan-akan menentang pendapat umum yang dinilai sebagai kebenaran, alias paradoks (paradox). Selama berabad-abad, agama dan sihir selalu menempati kutub yang berbeda, seratus delapan puluh derajat. Ataukah sebenarnya tiga ratus enam puluh? Sehingga satu dan yang lainnya bisa saling menyatu karena adanya kemiripan yang kentara? 

     Dalam kitab Kejadian, di kisah penciptaan dunia serta isinya, Tuhan bersabda dan kemudian sesuatu tercipta: I create as I speak. Mencipta dengan bicara. Maka itulah Ia disebut 'Sang Pencipta', karena menjadi tuhan atas karyanya sendiri, sumber dari segala ciptaan. Tapi manusia juga mau jadi pencipta, kadangkala tak peduli entah bagaimanapun caranya. Menurut Oxford English Dictionary, kata abracadabra yang pertama kali dicatat terdapat dalam karya Serenus Sammonicus, seorang terdidik dan penulis pada zaman Romawi. Beberapa etimologi rakyat juga mengaitkan kata ini dengan frasa dalam bahasa Ibrani yang berarti "I will create as I speak" ("Saya akan menciptakan saat saya berbicara"). Nampaknya semua ini tidaklah sekedar kebetulan semata, bukan?


P.S.
This piece is currently up for sale. For further information, price and/or negotiation, please contact me, @emanulls through Instagram DM. Thank you.

Referensi:

Comments

Popular Posts